Jumat, 01 April 2011

Asshole SMU - Bagian 3

Hujan tak kunjung berhenti, aku, Kawaishi, dan beberapa anak buahku masih berteduh di . dalam markas. Ruang bekas UKS menjadi markas kami, gang tingkatan E setelah gang tingkatan D kutundukkan. Sebagai ketua gang tingkatan E yang sekarang telah terorganisir, aku sudah tak asing lagi. Murid-murid sekolah setan sekarang menyebutku “Ken si Penakluk”. Setelah berhasil menaklukkan gang tingkatan D, aku bersama anak buahku menambah pasukan dengan cara menaklukkan anggota gang yang tingkatannya di atas kami. Mereka itu adalah anggota gang tingkatan C dan B yang merasa diri mereka hebat, namun sebenarnya payah.

Bila tidak dalam keadaan hujan seperti ini, biasanya aku sudah pulang ke rumah. Atau sesekali berkeliling sekolah setan bersama anak buah untuk mencari anak buah baru. Terkecuali anggota gang tingkatan A, anggota gang tingkatan C dan B memang banyak berkeliaran sepulang sekolah. Menghajar merekalah cara kami, gang tingkatan E untuk menambah anggota. Karena anggota gang tingkatan A adalah orang-orang kaya, tempat berkumpul mereka adalah bar-bar atau diskotik-diskotik.

Hujan berganti gerimis, anak buahku ramai sekali bercanda-tawa. Sedangkan aku melamun, sambil menikmati gemericik air gerimis. Aku kembali teringat kejadian beberapa hari yang lalu saat aku sendiri membuntuti salah seorang anggota gang tingkatan A sepulang sekolah. Ternyata dia berkumpul bersama anggota gang tingkatan A yang lain di sebuah bar.

Sambil mengendap agar tidak ketahuan, aku berhasil mengikuti anggota gang tingkatan A itu menuju anggota gang tingkatan A lain yang menunggu di bar. Aku terus mengintainya dari kejauhan, orang tersebut bercakap-cakap dengan seseorang yang dipanggilnya “bos”. Dan tak salah lagi, orang yang diajak bicara pasti ketua gang tingkatan A. Setelah meminum segelas wine putih, aku pulang sambil mengingat dengan tajam wajah ketua gang tingkatan A. Aku tak pernah melupakan matanya sampai detik ini, mata orang yang nantinya tunduk padaku.

“Woi. Ngelamunin apa bos?”, ucap Kawaishi mengagetkan lamunanku sambil menepuk keras pundakku. “Dasar gendut, aku cuma menikmati sisa-sisa hujan.”, jawabku sekenanya. “Haha, lihat si bos berbohong, apa perlu pembohong masih dipercaya sebagai ketua gang.”, ucap si gendut mencandaiku sambil melihat ke arah anak buahku. “Heh, jaga bicaramu gendut! Aku hanya sedang berfikir, kita harus segera menguasai gang tingkatan B dan C.”, jawabku meyakinkan si gendut. “Ya ya yaa, anak-anak, saatnya diskusi dengan si bos.”, ajak si gendut pada anak-anak buahku.
Rencana penyerangan besar-besaran terhadap gang tingkatan B maupun C telah siap. Termasuk plan B, dan C-nya bila terjadi kesalahan teknis. Semua anggota gang tingkatan E dan D akan terlibat dalam penyerangan ini. Mereka aku buat kelompok-kelompok yang berisi 7 orang tiap kelompoknya. Sedangkan aku, si gendut, dan Hosikagi akan berada di belakang. Aku telah memberitahukan sebelumnya, agar anak buahku tidak salah dalam menyerang anggota gang di atas kami. Karena tujuan rencana penyerangan ini hanya gang tingkatan B dan C.

Tiap pulang sekolah, anak-anak buahku sudah siap di markas. Dan tahap selanjutnya adalah melakukan penyerangan. Anak-anak buahku sudah kuberitahu cara membedakan anggota gang tingkatan A. Penampilan mereka tidak biasa-biasa saja, karena semua anggota gang tingkatan A adalah anak orang-orang kaya. Dan ternyata, rencanaku berjalan lancar. Anggota gang kami terus bertambah banyak setelah penyerangan-penyerangan yang terlaksana.

Aku juga sedikit bangga dengan kemajuan pesat anggota gang “The Rebel Gangsters” sekarang. Gang yang kubentuk untuk menghapus sistem kasta yang telah lama terbentuk. Anggota gang tingkatan D, E, serta anggota gang tingkatan B dan C yang telah kutaklukkan adalah anggota “The Rebel Gangsters”. Dan dalam tempo singkat, hampir semua anggota gang tingkatan B dan C telah menjadi anggota “The Rebel Gangsters”.

“Aku senang dengan kerja kalian, tak lama lagi, kita akan benar-benar menjadi penguasa gang di sekolah setan ini. Dan nama “The Rebel Gangsters” akan terngiang selama-lamanya.”, Ucapku di depan anak buahku diikuti tepuk tangan dan tawa mereka. “Benar Ken, nama “The Rebel Gangsters” akan terdengar ke penjuru negeri.”, kata Kawaishi sambil memeluk pundakku dan Hosikagi. “Ayo kita pulang!”, ucapku keras-keras. Langit yang terang memayungi kepulangan kami.

To be continued. Baca chapter-chapter lainnya.

Baca Asshole SMU - Bagian 1

Baca Asshole SMU - Bagian 2

0 komentar:

Posting Komentar